Happy Reading ,, :)

this blog is just for fun ,, :) happy reading ,, :)

(miss_turtle)

November 22, 2011

Diary Sang Merpati


          Bulan ini. Hari ini. Pohon-pohon yang diselimuti salju yang mencair mulai ditumbuhi dengan tunas-tunas daun muda yang wangi dan hijau. Hewan-hewan mamalia mulai membangunkan lelapnya hibernasi dengan sentuhan lembut sinar mentari pagi yangt melewati celah-celah selimut mereka. Suara cuap-cuap burung pun mulai saling bersautan. Seakan didorong oleh naluri setelah lelap dalam idur panjang, mereka mulai menyususri alam sekitar dan meninggalkan selimut mereka. Saat ini adalah musim semi. Musim dimana sesuatu yang baru muncul.
            Layaknya yang lain, seekor merpati mulai membangunkan dirinya dan ia berusaha terbang untuk mencari mangsa. Dengan semangat tinggi ia bersiap untuk terbang. Merentangkan sayap dan huup!! Ia melompat dari sarangnya kemudian mengepak-epakkan sayapnya yang putih dan indah. Tak berapa lama ia terjatuh. Ia tersadar bahwa sayap kanannya patah. Tapi ia tak menyerah. Ia terus mencoba terbang. Mengepakkan sayap berulang kali dan melompat. Tapi hasilnya nihil. Sekarang ia hanya bisa berdiam diri di tanah dan menunggu dimangsa hewan buas.
            Pasrah. Hanya itu yang bisa dilakukannya sekarang. Tapi, ia tak pasrah begitu saja. Ia tetap berdo’a kepada Tuhan agar ia tetap diberi hidup olehNya. Lama ia menunggu pertolongan Tuhan, tapi tak pernah datang pertolongan itu. Kemudian ia berdiam diri lagi untuk mengumpulkan tenaga. Ia sadar bahwa hanya berdo’a dan pasrah itu tidak akan pernah mengeluarkannya dari masalah ini. Maka ia mengumpulkan tenaganya kembali.
            Setelah dirasa tenaganya cukup, maka ia mulai berdiri. Mengepakkan sayapnya lagi dan melompat. Sekuat tenaga ia mengepak-epakkan sayapnya berulang kali di udara, tetapi ia terjatuh lagi dan lagi dan lagi. Ia bangkit dan berusaha lagi, tapi kemudian ia terjatuh lagi. Dan sekarang ia sekarat. Ia sudah banyak menghabiskan tenaganya. Ia sudah tak mampu lagi bangkit. Ia hanya tinggal menunggu waktu menjemputnya.
            Selang beberapa menit kemudian, terdengar langkah kaki hewan yang besar. Ia mulai ketakutan dan terus menerus berdo’a. Tak menutup kemungkinan bahwa ia akan mati diterkamnya. Ia mulai menitikkan air mata, tanda perpisahannya.
            Langkah itu semakin mendekat dan mendekat lagi dan mendekat lagi. Sudah sangat dekat. Bahkan merpati itu sudah dapat melihat telinga hewan itu. Harimau. Tepat beberapa detik setelah ia melihat harimau itu, ada seekor burung yang menyambarnya dan membawanya menjauh.
            Ia terkejut, tapi apalah dayanya. Jika ia berontak, ia tetap akan mati juga. Sekarang yang dilakukannya hanya menangis. Sepanjang perjalanan di udara, ia hanya menangis tanpa henti. Dan membuat burung yang menyambarnya menjatuhkannya disarangnya.
            Sarang yang mungil, persis seperti sarangnya. Siapakah sebenarnya yang telah membawanya ke sarang merpati ini? Kemudian seekor merpati datang dan hinggap di dahan pohon tepat di samping sarang itu.
            Merpati itu membawa cacing di paruhnya dan meletakkannya di depan merpati putih yang sekarat itu. Kemudian ditinggalnya merpati itu sendirian. Merpati yang sekarat itu tahu bahwa ia memberikan makanan itu untuknya. Maka, dimakanlah oleh merpati sekarat itu.
            Kemudian datanglah lagi merpati yang telah menyelamatkan nyawanya dengan didmpingi seekor burung yang diparuhnya membawa semacam ramuan. Kemudian hinggaplah dua burung itu di dahan pohon di samping sarang, tempatnya terduduk. Burung itu kemudian mengoleskan ramuan yang dibawanya pada sayap kanannya. Setelah selesai, dengan terburu-buru, ia segera meninggalkan tempat.
            Tinggallah dua ekor merpati di pohon itu tersebut. Merpati itu terus merawat dan memberi makan merpati sekarang itu hingga berhari-hari lamanya. Merpati itu memang menyayanginya sejak lama dan terus memperhatikannya. Ia berkomitmen bahwa ia akan terus mendampingi merpati itu hingga akhir hayatnya.
            Hingga suatu hari, Tuhan mempunyai keputusan lain. Merpati yang sayapnya patah itu dipanggil menghadap yang kuasa ketika merpati yang merawatnya pergi mencari makanan. Ia mati dalam keadaan mata terpejam, sehingga merpati itu melihatnya sebagai tidur. Lama ia menunggunya bangun, tapi tak pernah sedikit pun merpati yang dicintainya itu membuka matanya. Ia terus menunggunya. Di sampingnya. Dan tak sedikitpun mengalihkan pandangan darinya. Hingga ia memenuhi janjinya, bahwa ia akan mendampingi merpati itu hingga akhir hayatnya.

Tidak ada komentar: